Why Leaders Can't Lead: The Unconscious Conspiracy Continues by Warren G. Bennis

Kajang (02/04)- Empatpuluh-tiga tahun yang lalu, Warren Bennis untuk pertama kali-nya merilis satu buku popular bertajuk ‘’‘Why Leaders can’t Lead: The Unconscious Conspiracy Continues’. Di dalam buku setebal 176 halaman itu, Bennis mengajarkan kepada para pemimpin untuk memaksimalkan kebajikan mereka, membaiki kekeliruan mereka, berani melihat perubahan, dan mencintai pekerjaan.

Terdapat syarat-syarat tertentu yang melemahkan kawalan pemimpin terhadap situasi yang mereka hadapi. Pemimpin yang hilang kawalan akan terlepas dari kehilangan visi kepemimpinannya. Pemimpin seperti itu akhirnya kehilangan kualiti asas kepemimpinan: integriti, dedikasi, keanggunan, kerendahan hati, keterbukaan, dan kreativiti. Bennis menyebut keadaan ini sebagai ‘konspirasi tidak sedar’, yang terwujud dalam bentuk kombinasi situasional: patologi birokrasi yang mendalam, krisis sosial yang tidak menyenangkan, dan rutinitas yang mematikan fikiran.

Dalam hal ini Karl Marx pernah menghujahkan dalam kalimat sederhana , “kesedaran manusia ditentukan oleh keadaan sosialnya”. Manusia dipengaruhi oleh perubahan budaya, sosial, politik, dan ekonomi.Pemimpin yang efektif tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan persekitaran semasa, tetapi juga tertakluk kepada keadaan sosial mereka. Tetapi dia harus dapat menantang dan menguasai lingkungan dengan mengubahnya secara mendasar. Langkah pertama adalah menolak untuk dikawal oleh orang lain dan memilih untuk mengawal diri sendiri.

Untuk meminjam kata-kata profesor Herman B. Wells, mantan canselor Universiti Indiana, seorang pemimpin harus menjadi manusia yang memiliki stamina fizikal layaknya  seorang atlet, mempunyai strategy yang licik layaknya  Machiavelli, tapi ianya harus mempunyai  kebijaksanaan seperti Solomon, dan terakhir harus dijiwai dengan keberanian seperti singa, dan yang paling penting dia mesti mempunyai ‘perut kambing’ – apa syarat yang sukar untuk dipenuhi ialahnya banyak pemimpin yang tak mampu mencapai itu.

Selama masa pandemi ini,Cukuplah kita terus belajar, dalam situasi apa seorang pemimpin mampu dan tidak dapat memimpin. Sekiranya terdapat kepercayaan dan kebenaran yang cukup, banyak perubahan dapat direalisasikan. Jangan putus harapan, seperti kata Tolstoy, ‘harapan adalah mimpi yang terjaga’.

By Mansurni Abadi

Knowledge seeker and activist that help Indonesia moving library network in Sumatra island, graduate from American English Skills Development Center Manila, Philippines ( Diploma in English), IIB dharmakaya Lampung ( BA in Hr management ), and Muhammadiyah Lampung univ ( BA in psychology ) than ever work and study English and NLP in Australia ( Perth and Sydney ) and exchange to Laos, Cambodia, Myanmar, and Thailand. Currently, doing master degree research program in ethnic studies, National University of Malaysia, and active in a few local and international youth organization. I define my self as an activist who likes it with travel because when we explore the depth of our curiosity about the world, we are often called to challenge and question the way things are and why

Leave a Reply