Tulisan ini agak ringkas dan bersifat pandangan peribadi saya terhadap Mahasiswa Pro-Pemerintah. Sekiranya saya diminta untuk menyebut kolektif mahasiswa pro-pemerintah, saya hanya boleh menyebutkan beberapa. Apa yang ada di kepala saya adalah program MANTAP, Siswa Barisan Nasional dan HIMSAK. Selebihnya saya tidak pasti akan kewujudan mereka, mungkin limitasi sumber maklumat yang saya ada menyebabkan maklumat tidak sampai.
Saya konsisten menyatakan pendirian saya bahawa menjadi mahasiswa “partisan” bukanlah pilihan terbaik untuk aktivis mahasiswa. Saya tidak ingin mengulas panjang sebab musabab mengapa saya berpendirian “non-partisan” baik untuk mahasiswa, secara ringkasnya saya melihat mahasiswa partisan sering dipenjara parti. Topik ini mungkin kita boleh bincangkan di lembaran lain, memandangkan Demokrat UM juga sudah mengadakan forum tentang isu ini. Saya yakin forum itu sudah memadai untuk kita membandingkan hujah mahasiswa parti dan non-parti.
Saya ingin menyinggung keberadaan “mahasiswa pro-BN” dalam arena aktivisma mahasiswa nasional. Saya berpandangan pergerakan mereka terlalu perlahan, sedangkan mereka memiliki “resources” yang cukup banyak berbanding mahasiswa pro-pembangkang, lebih-lebih lagi mahasiswa yang tidak BERTUAN.
Saya fikir sikap “lembab” yang mereka miliki didorong oleh beberapa faktor, faktor utama adalah mereka terlalu selesa. Berbeza dengan mahasiswa yang kelihatan menentang dasar-dasar pemerintah, mahasiswa pro-kerajaan lebih mudah diterima di universiti. Kebanyakan staff universiti juga akan menyanjung mereka, bahkan ada dalam kalangan mereka yang diangkat sebagai tokoh pemimpin universiti.
Walaupun mereka menuturkan ucapan yang terlalu mengampu dalam program-program universiti/KPT, ia tidak akan menyebabkan mereka menerima hukuman. Padahal saya melihat ucapan seperti ini hanya memalukan universiti. Ucapan-ucapan itu akan disambut dengan “hati terbuka” oleh kebanyakan universiti.
Apabila menganjurkan atau menyertai program, kebanyakan “lokasi” program mewah dan serba lengkap. Saya percaya kumpulan mahasiswa yang terlalu “dimanjakan” akan menjadi lemau dan lesu. Tahap kebergantungan mereka pula akan semakin tinggi dan hanya akan hadir pada program-program yang “selesa”.
“Hutang budi” sering menyebabkan aktivis mahasiswa takut untuk mengkritik “tuan” mereka.
Saya pernah mengajak sebuah kolektif pro-pemerintah untuk melakukan kenyataan bersama terhadap isu peningkatan yuran mendadak, mereka enggan kerana katanya ingin fokus pada isu lain. Padahal tidaklah terlalu sukar untuk menyatakan solidariti kepada golongan mahasiswa yang sedang ditindas. Sifat sombong seperti ini tidak membantu proses “pergaulan” kumpulan mahasiswa dengan kelompok mahasiswa anti-establishment. Bukankah ketika menghadapi isu mahasiswa, kita harus ketepikan semua perbezaan dan #bangkitbersama?
Seringkali saya cuba untuk membuang sikap prejudis terhadap kumpulan mahasiswa pro-pemerintah, tapi setakat ini saya masih gagal. Saya melihat kumpulan ini hanya timbul apabila ada isu yang melibatkan orang tua yang sedang bermain politik. Mereka akan terlibat sebagai tembok atau penyerang, dalam bahasa kasarnya mereka hanya menjadi “macai” untuk mempertahankan parti atau menyerang parti lawan. Ini bukan peranan mahasiswa, ini peranan macai, dan mahasiswa bukan macai.
Nasihat saya, ada masanya mahasiswa pro-pemerintah perlu menunjukkan taringnya. Apabila ada dasar atau tindakan pemerintah yang tidak relevan, maka kelompok mahasiswa inilah yang perlu lantang membantah. Tindakan seperti ini akan menjadikan kelompok mahasiswa lebih dihormati dan bersifat kritis.
Orang-orang penting semua bersama anda, bermula daripada pemerintah, KPT, Universiti, kebanyakan staff dan pensyarah, janganlah disia-siakan peluang itu dengan aksi anak-anak. Membawa mahasiswa lain mendengar ceramah politik “lame”, mengampu di atas podium, atau menganjurkan BBQ untuk mengkader ahli. Ia sungguh memalukan. Sudah masanya mahasiswa pro-pemerintah bermuhasabah diri, melakukan transformasi terhadap pergerakan mereka seiring dengan TN50 yang sering dicanangkan oleh mereka.
Ketahuilah saya tidak membenci anda, jika saya membenci anda maka tulisan ini akan dipenuhi cacian secara melulu. Saya sedang mengharapkan anda untuk berevolusi, menjadi gerakan mahasiswa yang boleh diharapkan dan tidak malu bergaul. Menjadi mahasiswa yang tidak dirantai, adalah menjadi kerugian masa menjadi mahasiswa digunakan hanya untuk menjadi “macai”.