Pada selembar kertas usang, ku tulis kata-kata ini untukmu. “Istriku, cinta itu tak perlu di umbar lewat kata, tapi ia hanya butuh di sirami dengan saling menjaga,” sengaja tak ku beri hiasan sebagai mahkotanya, karena tentangmu adalah yang terindah
Pada angin yang bekejaran di lembah dan bukit barisan, pada semburat cahaya pagi yang ringan menyapa dedaunan, ku bisikan ulang pesan ini sebagai pegangan. “Sayangku, hidup hanya sebentar kemudian berganti, tapi hadirmu adalah selamanya dan abadi”
Pada senja tempat segala puja yang terindah di wakilinya, pada segala awan mega yang mengiringi langkah ke mana arah, ku tuangkan sebentuk puisi pengikat hati, ku goreskan kata hati yang tak mungkin di ingkari. “Pegang janjiku, lelaki sejati menempatkan cinta lebih tinggi dari selembar nyawa yang mesti di jaga,” ini sesuatu yang pasti
Ku tulis tentang bunga mekar dan tentangmu, kan menjadi penjaga jiwamu di kala rindu. Huruf tak bermakna tanpa rangkaian kata, kata tak berguna bila terpisah dari akar jiwa. “Pegang erat janjiku, bagiku janji adalah kehormatan tertinggi selama mentari masih sudi menyinari”
Kredit : Kompiasana
Bagan batu 7 ogos 2019
#kumpulan puisi “satu wanitaku