TERIMA
Lunas yang terbuku,
Ku serah selanjutnya,
Pada selayaknya,
Ku adukan suara,
Sebagai alternatif cara
Bukan ku niat membebankan,
Kadang kecil besar,
Dilihat dicari sekecil kuman,
Yang besar gajah dipandang sepi,
Membuakkan ingin bersuara,
Hak yang mana dipertaruhkan,
Ibarat angin lalu,
Begitu dingin terhadapku,
Ku kira ini dugaan atas perihalku,
Suatu ketika itu,
Aku manusia penuh dosa,
Siapa aku untuk memaksa yang tak suka,
Maka,
Aku terima,
Perihal itu beralas risiko ,
Wahai sekalian,
Berterima kasih ku,
Kerana menekan diri ini,
Hingga hampir ku hilang arah,
Hikmah dari setiap keadaan,
Membuat aku membuka mata,
Dunia tak seindah khayalan ku,
Perlu dikawal rasa empati,
Agar tak tertuang pada tak sudi,
Terima satu tanda,
Perjuangan tidak bernoktah,
Aku pohon rehat seketika,
Jeda untuk sementara,
Buat sahabat yang memahami dilema hati,
Terima kasih atas nasihat taujihat diberi,
Mutiara kata merungkai persoalan benak naluri,
Aku kini perlu lebih berhati-hati,
Menghadapi dunia penuh tribulasi,
Dunia bukan sekejam halusinasi,
Bukan jua seindah imaginasi.
“Hidup untuk ekspektasi Allah, bakal gagah, hidup untuk Ekspektasi manusia, bakal merana. Pilih lah.”
Halisa Samsuddin
Aktivis Belia Harmoni Pantai Dalam